(Di
post ulang dari salah satu
note saya di
Facebook, 2012)
Sore-sore mojok sendirian di salah satu restoran
fast food di kota Ambon, KFC.
Banyak sekali pemandangn yang menarik dan menggelitik.
Cerita 1:
Sepasang ABG berseragam almamater saya sedang serius meggenggam blackberry –yang belakangan diketahui sedang bertukar bb-. Sekalikali yang perempuan dengan manja bertanya sambil menunjukan bb yang sedang digenggamnya. Karena meja mereka tepat berada di depan meja saya, maka saya bisa dengan sangat jelas mendengar percakapan mereka.
Perempuan : ini kapan? *wajah manja*
Lakilaki : minggu lalu
kappa ee..
Perempuan : Oooo.. yang
kamong pi ke Armand rumah tu?
Lakilaki :
Iyooo..
Selanjutnya mereka kembali ke kesibukan sebelumnya, memeriksa bb pasangan.
Tak ada komunikasi di antara keduanya, yang tergambar dari wajah si perempuan adalah ‘aku harus membersihkan foto-foto/sms/kontak bbm/
chat yang tak seharusnya ada’. Sementara wajah si laki-laki lebih terlihat seperti ‘yatuhan,, apa sms si anu sudah aku hapus tadi?’. Wajahnya tegang dan semakin menegang ketika si perempuan memecah keheningan diantara mereka..
Perempuan : No siapa ini? *straight face*
Lakilaki : Mana? *sok bingung*
Perempuan : ini yang di call log. Tadi malam jam 2.13, telpon 46 menit.
Lakilaki : Itu
sapa eee? *gugup*
Perempuan : Hee?
baru tadi malam masa se su lupa?? Capat ini sapa?? Beta telpon eee… *ngancam*
Lakilaki :
Aooo.. mana beta liaaa.. suda nanti beta yang telpon saja.. *membetulkan kerag kemeja*
Perempuan : Kasi beta bb. *mata berkacakaca*
Lakilaki : *memberikan bb*
Perempuan : *Menekan-nekan sesuatu pada bb miliknya, sambil sesekali melihat bb sang pacar*
Dugaan saya, si perempuan sedang memasukan no hp misterius itu ke bb miliknya.
Kemudian dia mengembalikan bb pacarnya, menuju toilet, kembali, mengambil tas, dan tanpa kata-kata meninggalkan sang pacar yang masih sibuk menggenggam bbnya. Sang pacar kemudian cepat-cepat berdiri dan mengikuti si perempuan.
Moral value:
*Carilah kegiatan yang lebih bermanfaat di saat pacaran.
*Ade-ade, sejak pacaran biasakan gadget harus dilock,dan password-nya jangan dibagi dengan pasangan. LOL
Cerita 2:
Sementara dua sejoli pada cerita 1 sedang duduk di meja depan, masuk beberapa ABG lainnya, yang ternyata mengenal sepasang sejoli tadi. Namun rombongan ini sudah tidak berseragam. Mereka terdiri dari tiga perempuan dan dua laki-laki.
Setelah ber’hai-hai’ria dengan dua sejoli tadi, kelima remaja ini memilih duduk tepat dibelakang meja saya.
Saya mengamini ayat “Dimana dua atau lebih remaja berkumpul, di situ pasti ada pembicaraan mengenai remaja lain”.
Tak lama setelah duduk, salah satu diantara remaja putri itu berbisik kepada teman disampingnya “
isaaa, kalo beta suda juaa.. beta seng akan kasi hp par beta pacar. Ada baru pacaran saja mooo”.
"
Batul ade nona, kaka sepaham deng ade" dalam hati saya menanggapinya. LOL
Saya tersenyum geli menyaksikan drama di depan dan di belakang saya. Dan ketika sepasang sejoli tadi meninggalkan tempat dengan drama yang pilu, kelima remaja ini kembali ‘mendiskusikannya’. Kali ini suara salah satu lakilaki yang terdengar di balik kuping saya “
Baku taru berapa-berapa, beta seratusribu! beta bilang dong 2 putus” yang lainnya berujar “
Aoooow, paling jua sabantar su baku bae”. “suda juaaa sapa mo rugi seratus ribu par baku taru bodo-bodo”
Mereka kemudian tertawa bersama dan sepakat pindah ke meja yang tadi ditempati oleh sepasang sejoli itu.
Moral value:
Lebih baik taruhan seratus ribu dan kemudian batal timbang pasang togel. #jayus
Cerita 3:
Untunglah saya 'terselamatkan' dari dunia remaja dan gejolaknya ketika dua teman saya menghampiri dan duduk bersama di semeja dengan saya. Sambil mereka menyantap burger dan French fries, saya menceritakan cerita 1 kepada mereka dan kami tertawa bersama. Karena kebetulan kami lulusan sekolah yang sama dimana pemeran-pemeran pada cerita 1 dan 2 bersekolah, akhirnya cerita kami
nyambung tak jauh-jauh dari almamater kami. Pembahasan seputar reuni angkatan saya yang belum lama usai, guru-guru, sampai pengakuan bahwa almamater kami kini memang semakin maju.
Sebelum mereka beranjak pergi, saya sempat berkata “Inilah yang akan terjadi beberapa belas tahun kedepan bila para remaja pada cerita 1 dan 2 bertemu kelak”. ☺
Moral Value:
High School memories are still a way not away.
Cerita 4:
Sesaat setelah itu, saya juga beranjak dan melanjutkan kegiatan saya sore itu dengan bertemu kakak dan sepupu saya di cafe lain, Maples. Saya menggunakan becak sore itu. Naik becak sore-sore sambil menikmati hiruk pikuk jalanan Ambon sangatlah menarik.
Hanya butuh waktu tak sampai 10 menit, saya pun tiba di Maples. Saya membayar sepuluhribu dan kemudian turun dari alat transportasi paling nyaman di kota Ambon itu.
Setelah menghabiskan waktu sekitar dua jam disitu, ketika akan meninggalkan Maples, saya tiba-tiba tersadar bahwa dompet saya hilang. Saya ingat betul terakhir menggenggam dompet ketika membayar si abang becak.
Akhirnya bersama kedua kakak saya, kami memutuskan kembali ke KFC. Setiba disana, saya menghampiri kerumunan tukang becak yang mangkal di situ. Aneh memang, ketika melihat saya, mereka langsung menyebut nama Ape. Padahal saya sama sekali belum meyampaikan maksud saya, sepertinya mereka tau sesuatu.
Menurut mereka, rekan mereka yang bernama Ape-lah yang tadi mengantar saya. Namun saat kami tiba, Ape sedang mengantar penumpang.
Kami menunggu sekitar 30 menit hingga akhirnya Ape datang. Namun saya bernasib sial. Dengan gugup dan
acting paspasan, Ape berhasil berkelit dan mengelak bahwa bukan dia yang mengantar saya tadi. Dan saya pun tak punya bukti kuat.
Malam itu dompet beserta isinya harus saya relakan.
Moral value:
(untuk cerita 4, saya yakin masing-masing orang pasti punya moral value nya sendiri :) )