Wednesday 26 August 2015

Cerita pagi ini

Tadi pagi aku bercerita dengan Bapaku tentang dirimu.

Dengan polos aku memintamu dariNya.
Aku katakan begini:
Bapa, aku ingin dia. aku yakin aku lebih menyayanginya daripada susan. Boleh kan dia untukku saja? boleh ya?

Dan Bapa menjawab:
Anakku terkasih, itu benar bahwa kau lebih menyayanginya, tetapi susan lebih membutuhkan dia. maukah kau bersikap manis dan mengalah pada susan? Aku janjikan seseorang yang lebih baik untukmu, nak.

Aku sedikit kecewa mendengar jawaban Bapa.
Namun aku percaya padaNya.
Kemudian aku tenang.
Terimakasih, Bapa. Aku pegang janjiMu.


Tuesday 30 June 2015

Selamat malam, Hujan.

Dear Hujan,
akhirnya, kita tiba di persimpangan..
tadi aku mendapatimu mengunjungi Bumi. tapi hanya sebentar, kemudian kau menghilang.

Apakah itu berarti kau benar-benar sudah membulatkan tekad untuk meninggalkan Bumi?

Aah, aku benci perpisahan.
bukan karena berpisah berarti selesai.
tapi karena berpisah berarti kenangan.
dan kenangan berarti ingatan.

Aku benci ingatan karena ingatan berarti pelukanmu.
aku benci pelukanmu karena pelukanmu berarti kenyamanan.
aku benci kenyamanan karena kenyamanan berarti (hanya) sementara.


Seperti setiap perpisahan, malam ini aku melihat Hujan membisikan kata-kata terakhirnya kepada Bumi.



Apapun yang dibisikan Hujan pada Bumi, apapun itu, menurutku pasangan terbaik Bumi adalah Hujan. bukan Matahari. bukan Bulan.

Selamat malam, Hujan. Selamat malam, Bumi.



Monday 29 June 2015

(Bukan) Cinta

Hujan semakin menjauhi Bumi. sejak pagi tadi Bumi terlihat cantik bersama Matahari -yang masih malu-malu nampak menemani Bumi-.
Atau mungkin Matahari takut ketahuan Bulan.

Apa aku bilang, cinta memang konyol kan? mungkin bukan cinta, tapi hal-hal yang menyertai cintalah yang konyol.
Karena itu sudah sejak lama aku berhenti berurusan dengan cinta.

Tentang ini, aku punya teori sederhana.
kalau cinta diartikan sebagai anugerah untuk membahagiakan, mengapa harus ada patah hati?

Apakah benar adanya, mengalah dan berkorban adalah bagian dari cinta?

Apakah benar adanya, kalian mencintai tanpa tuntutan untuk dicintai balik?

Kalau cinta diartikan sebagai anugerah untuk membahagiakan, atau memberi tanpa menerima, maka satu-satunya cinta yang aku akui hanyalah cinta Yesus. pernahkah kalian merasa tidak dicintai olehNya, walau hanya sedetik?

Hmmm, mungkin Hujan meneladani Yesus. karena selain Yesus, Hujan juga tak ada bosan-bosannya pada Bumi.
pernahkah kalian melihat Hujan menuju arah lain selain kepada Bumi?


Maka jika kalian bukan Yesus, atau bukan Hujan, berpikirlah banyak sebelum mengakui diri sebagai pecinta.






Sunday 28 June 2015

Pada Hujan aku belajar

Pagi ini Bumi sedikit basah. langit tampak mendung, tidak secerah kemarin. sepertinya Hujan mulai merindukan Bumi. walau ia masih malu-malu mengakuinya.

Pada Hujan aku belajar.

tentang kapan harus mencintai.
tentang kapan harus mengalah.
tentang kapan harus merebut kembali.
tentang kapan harus melepas.
tentang kapan harus setia.
tentang kapan harus mengikhlaskan.
tentang kapan harus peka.

Pada Hujan aku belajar.

bahwa cinta tak harus memiliki.
bahwa cinta tak selamanya berarti bersama.
bahwa cinta tak seindah yang dibayangkan.
bahwa patah hati adalah cinta yang sesungguhnya.

Pada Hujan aku belajar.

walau aku tau cinta itu omong kosong.
walau aku sadar cinta itu menyakitkan.
walau aku percaya cinta -seperti cinta Hujan pada Bumi- itu tidak pernah ada.

Pada Hujan aku belajar. banyak.


Saturday 27 June 2015

EZEKIEL MISCHA he is

Hari ini hujan belum juga kembali pada bumi. sementara bumi semakin nyaman dimanjakan oleh matahari.
Tapi hari ini aku tak ingin memikirkan hujan, atau matahari, atau bumi, ataupun cinta segitiga mereka dengan segala kekonyolannya.

Karena hari ini, aku ingin mengenang cintaku, yang 9 tahun lalu pergi meninggalkanku.

(Tulisan ini adalah tulisanku 9 tahun lalu, beberapa hari setelah aku kehilangannya)


In Memoriam of our beloved angel, Ezekiel Mischa (EM)

Oh Where…oh where can my baby be….
The Lord took her away from me,
She’s gone to heaven so I’ve got to be good
So I can see my baby when I live this world….
(a song by Pearl Jam)


My Truly Dearly Son,
Apa kabar nyong?
Lagi ngapain di 'sana’?
Mudah-mudahan lagi tidur pulas,
Mudah-mudahan lagi mimpi indah tentang saat bersama db.
Dan mudah-mudahan juga seng ada yang ganggu EM.
Kalo ada yang bikin EM manangis, bilang par Tete Manis. db yakin Tete Manis selalu gendong EM. Iya kan?

Btw, bedak deng wangi-wangi yang kaka Elle kasi su pake blom sayang? Aduh EM pung kaka tu sangking batal jadi kakak, kadar ’kacau’nya semakin menjadi – jadi, hehehe... dia percaya EM sekarang jadi malaikat pelindung dan selalu ada di atas kepalanya. :) dia excited sekali wktu tulis buku puisi par EM. :) dia belajar ’keras’ par tulis nyong pung nama. Tapi usahanya boleh juga kan? :) She really loves you, honey..

Sementara geyi, sekarang jadi lebih dewasa, wise, dan tambah sayang db deng kaka elle. Walau db tau geyi jua berat menghadapi rasa kehilangan EM, namun di depan db dan kaka elle, geyi selalu mencoba tenang. Oh ya, gey pung buku par EM su dibaca sayang? Itu geyi su tulis sekitar dua bulan yang lalu dan rencananya mo kasi par EM sebagai kado ulang tahun ke 12.

Kalau db sendiri sampe saat ini masih susah payah ator puzzle di hati ni. Sorry sayang, tapi db masih sedih ditinggal EM. 8 bulan sama-sama EM kemana-mana sangat berarti buat db. EM su jadi saksi bisu yang tak benar-benar bisu atas semua hal yang db lakukan selama 8 bulan.
’Hilang’nya EM dari db pung perut, bikin db terobsesi menjadi orang baik, supaya kelak bisa bakudapa EM di sorga!

EM dear,
Demi EM, db janji akan menjadi db terbaik buat kaka elle.
Elle dan Em merupakan karya terhebat dan mujizat terindah dari Tuhan par db deng geyi.
Dong dua membuktikan bahwa Tuhan hanya sejauh doa.
Hanya lewat doa pendek nan padatnya Elle ( Tuhan Yesus, kasih aku ade satu jua..) maka EM ada di db perut. :)
Demi dong 2, db deng geyi percaya bahwa cinta memang ada. Dong dua adalah cinta sesungguhnya bagi db dan geyi.

Ah EM, seandainya db tau apa yang bisa db bayar untuk memberi EM arti sebuah kehidupan, db akan bayar berapapun / apapun itu. Tapi geyi bilang, untuk apa ‘merusak’ jiwa yang begitu putih dan bersih. EM, -katanya lagi-, merupakan perangkum kehidupan dan kematian. Kini katong yakin EM bahagia di 'sana’.

Danke ya sayang untuk 8 bulan terhebat dalam hidup kaka elle, geyi, dan db.
EM akan selalu ada di katong 3 pung hati.

Tidurlah sayang....
Terbanglah sayang....
Selamat jalan, Ezekiel Mischa.....
We’ll miss you forever!!


Ur true luv,
db.

Friday 26 June 2015

Masih Matahari

Masih seperti kemarin, hujan belum kembali pada bumi. masih dibiarkannya matahari menikmati bumi. atau dibiarkannya bumi menikmati matahari.

sama seperti hujan, hari ini aku masih membiarkan susan menemanimu.
aku mulai terbiasa.

tapi aku bahagia. karena seperti janji kita waktu itu; tiap malam kita pasti bertemu dalam doa sebelum tidur.

iya, tiap malam aku mensyukuri hadirmu.
sampai jumpa nanti malam :)

Thursday 25 June 2015

Bukan hujan (dan aku) yang konyol tapi cinta.

hari ini hujan mengalah pada matahari.

sebesar itu cinta hujan pada bumi, hingga dibiarkannya matahari menemani bumi karena dia tau bumi lebih bergairah bersama matahari.


[hari ini aku mengalah pada susan.

sebesar itu cintaku padamu, hingga kubiarkan susan menemanimu, karena aku tau kau lebih berguna baginya]

terdengar konyol?
memang! karena cinta dan segala urusan 'mengalah' demi cinta memang konyol.


Wednesday 24 June 2015

.hujan.dia&kamu.hujan.

hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. dia&kamu. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan.hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan.

[masih (hanya) dia&kamu (yang semakin dekat saja) di antara hujan hari ini]

Tuesday 23 June 2015

.hujan. dia. kamu. hujan.

hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. dia. kamu. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan.

[hanya tersisa dia dan kamu di antara hujan hari ini. berdekatan. sangat dekat]

Monday 22 June 2015

.hujan. dia. hujan. kamu. hujan. hujan. aku.

hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. dia. hujan. hujan. hujan. kamu. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. aku. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan.

[ada kamu. aku. dan dia di antara hujan hari ini]

Sunday 21 June 2015

.hujan.kamu.aku.hujan.

Hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. kamu. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. aku. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan. hujan.

[ada kamu dan aku di antara hujan hari ini]

Saturday 20 June 2015

Tentang Hujan yang setia pada Bumi

Hey kamu!
Malulah pada hujan!

Dia setia mencintai bumi!
tak pernah ditujunya arah lain, selain kepada bumi.

Dia setia mencintai bumi!
selalu kembali pada bumi, meskipun bumi terlihat lebih bahagia bersama matahari.

Dia setia mencintai bumi!
rela melindungi bumi dari matahari yang agresif.

Dia setia mencintai bumi!
masih ingin menemani bumi, tapi dia tau akibatnya bila berlama-lama bersama bumi.

Dia setia mencintai bumi!
dengan segala romantismenya, dia tau bagaimana membahagiakan bumi.

Hey kamu!
belajarlah pada hujan :)

Friday 19 June 2015

Aku curiga

Aku curiga kau ini hujan.

Hujan masih sangat deras.
Kau masih tak terjangkau oleh hatiku

Hujan menghantam bumi dengan tetesan-tetesannya ibarat peluru yang siap membunuh dengan membabibuta.
Kau menghujam jantungku dengan pesonamu yang kian hari kian menjadi-jadi

Mereka yang tinggal di kaki bukit memohon kepada yang maha kuasa agar dijauhkan dari bencana banjir.
Aku memohon kepada yang maha kasih agar dijauhkan dari cinta yang pilih kasih

Aah, aku curiga. kau ini hujan

Thursday 18 June 2015

Hari ini

Hey teman!
Kali ini aku ingin bercerita padamu tentang hariku.

Aku awali hari ini dengan bahagia, sama seperti hari kemarin; bersamamu dan hujan.

Aku menghabiskan pagi hingga siang bersama kedua konco kecilku, Elle dan Dee. Hari ini -karena sudah libur sekolah- mereka menemaniku menyelesaikan beberapa urusan kerjaan dan kemudian makan siang bertiga. Karena hari hujan, kami memilih bakso sebagai menu makan siang hari ini.

Setelah perut terisi dan mengantar Elle dan Dee pulang, aku melanjutkan kegiatan di rumah Rizky&Rizka. Walau hari ini hari pertama bulan Ramadhan, tetapi aku tetap mengajar kedua kakak beradik itu. Mereka memang anak-anak yang semangat. Di saat murid-muridku yang lain memilih liburan, mereka tetap menjadwalkan "sesi bersama MD" dalam agenda liburan mereka.
Sejauh ini, hariku masih menyenangkan.

Hariku berlanjut dengan yang "sehat-sehat". Iya, walau hujan dan udara sedikit dingin, namun aku tetap semangat berolahraga. Sudah satu tahun terakhir ini, aku bergabung dengan club senam, dan rutin mengikuti berbagai jenis senam seperti zumba, aerobic, body language, body combat, super body super brain, dan pilates. Untuk kebiasaan hidup sehat, aku menganggapnya sebagai gaya hidup dan bukan lagi trend semata.


Setelah menyehatkan tubuh, aku menuju rumah bersama komunitas anak muda Ambon; Paparisa Ambon Bergerak. Sudah menjadi kebiasaan kami berkumpul dan menghabiskan waktu di sana. Banyak kegiatan positif yang bisa berkembang di sana. Bahkan hanya dengan duduk dan mengobrol santai, kadang lahir ide-ide cemerlang yang bisa dikembangkan.
Sejauh ini, hariku masih sangat menyenangkan.

Malam kian larut, akupun beranjak kembali ke rumah. Setelah sejenak menemani Elle dan Dee hingga akhirnya mereka tertidur, aku kembali ke kamarku, ruangan ternyaman dan tempat paling intim bagi aku dan diriku sendiri.


Tempat paling pribadi, di mana aku mengawali dan mengakhiri hariku.

Setelah sejenak menonton DVD, -sama seperti bagaimana aku mengawali hariku- aku mengakhirinya dengan obrolan singkat bersamamu; hal kecil yang membahagiakan.
:)

Well teman, menjadi bahagia itu mudah. Cukup dengan menjadi diri sendiri, melewati hari dengan orang-orang yang membawa dampak baik, dan (hanya) melakukan hal-hal yang benar-benar berguna.

Semoga hari ini kamu juga bahagia, teman :)

Wednesday 17 June 2015

Dear you

Dear you,
Terima kasih sudah membangunkanku pagi ini.
Di luar jendela hujan lebat sekali.
Dan aku bersyukur karena aku yakin hari ini aku akan baik-baik saja.
Kau tau mengapa? Karena hal pertama yang aku alami hari ini adalah kau :)

Di luar hujan semakin lebat.
Dan aku semakin bersyukur karena aku yakin hari ini aku akan bahagia-bahagia saja.
Kau tau mengapa? Karena hal pertama yang kau alami hari ini adalah aku :)

Good morning, you! :*







Tuesday 16 June 2015

Ini. Hari. Hujan

Hujan hari ini.
Hari ini hujan.
Ini hari hujan.
Ini (loh) hari hujan.
Hujan ini hari.
Ini hujan, Hari.
Hari, ini hujan.
Hujan, ini Hari.

Hujan, kamu asik yaaa..





Monday 15 June 2015

Hujan itu teman.

Hujan ke 15 di Juni ini.

Hujan bisa bermakna apa saja.
Buatku, hujan itu setia. hujan itu teman.
Teman memang (seharusnya) setia.

Sama seperti hujan yang membuat suasana teduh,teman juga seharusnya demikian;meneduhkan.

Seperti hujan yang menciptakan suasana romantis, teman juga seharusnya begitu; menyayangi.

Seperti hujan yang -walau deras namun- indah untuk dinikmati, teman juga seharusnya demikian; keras tapi ngemong.

Seperti hujan yang malam ini turun dengan tenang, teman juga seharusnya begitu;menenangkan.

Seperti malam ini, aku menikmati hujan dengan teman. dan musik.








Sunday 14 June 2015

Engkau (masih) yang terindah

Malam ini,
masih seperti hari kemarin, aku melamunkan engkau.
Seandainya kau ada disini,
akan kuceritakan padamu tentang hujan,
tentang bintang,
tentang cinta,
tentang rindu,
tentang kita.

Dan pada hujan aku bertanya bahwa mengapa masih engkau yang terindah?

Saturday 13 June 2015

Saridjah


Tik tik tik bunyi hujan di atas genting, airnya turun tidak terkira..

Sepenggal lagu yang tidak asing bukan saja bagi anak-anak, tapi bagi semua orang.

Adalah Ibu Soed, yang menciptakan lagu tersebut. Hari ini saya ingin berkenalan lebih akrab dengan beliau.


Ibu Soed terlahir dengan nama Saridjah.
Saridjah lahir sebagai putri bungsu dari dua belas orang bersaudara. Ayah kandung Saridjah adalah Mohamad Niung, seorang pelaut asal Bugis yang menetap lama di Sukabumi kemudian menjadi pengawal J.F. Kramer.

Selepas mempelajari seni suara, seni musik dan belajar menggesek biola hingga mahir dari ayah angkatnya, Saridjah melanjutkan sekolahnya di Hoogere Kweek School (HKS) Bandung untuk memperdalam ilmunya di bidang seni suara dan musik. Setelah tamat, ia kemudian mengajar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS). Dari sinilah awal Saridjah mulai mengarang lagu.

Pada tahun 1927, ia menjadi Istri R. Bintang Soedibjo, dan ia pun kemudian dikenal dengan panggilan Ibu Soed, singkatan dari Soedibjo.

Ibu Soed selalu menciptakan lagu khusus untuk anak-anak. Ia memperkirakan telah menciptakan lebih dari 200 lagu, walau hanya separuh yang bisa terselamatkan dan bertahan sampai sekarang. Jauh sebelum meninggal, Ibu Soed sempat mengungkapkan perasaannya yang menyayangkan bahwa lagu anak-anak sekarang telah menjadi serba komersil.

Banyak lagu Ibu Soed yang menjadi lagu populer sperti; Hai Becak, Burung Kutilang, dan Kupu-kupu. Bahkan ketika genting rumah sewaannya di Jalan Kramat, Jakarta, bocor, ia membuat lagu Tik Tik Bunyi Hujan.

Lagu wajib nasional yang dia ciptakan adalah Berkibarlah Benderaku dan Tanah Airku. Lagu-lagunya yang lain banyak yang juga telah menjadi populer, diantaranya Nenek Moyang, Lagu Gembira, Kereta Apiku, Lagu Bermain, Menanam Jagung, Pergi Belajar, Himne Kemerdekaan, dll.

Lagu-lagu Ibu Soed, menurut Pak Kasur, salah seorang rekannya yang juga tokoh pencipta lagu anak-anak, selalu mempunyai semangat patriotisme yang tinggi. Sebagai contoh, patriotisme terdengar sangat kental dalam lagu Berkibarlah Benderaku. Lagu itu diciptakan Ibu Soed setelah melihat kegigihan Jusuf Ronodipuro, seorang pimpinan kantor RRI menjelang Agresi Militer Belanda I pada tahun 1947, dimana Jusuf menolak untuk menurunkan Bendera Merah Putih yang berkibar di kantor RRI, walaupun dalam ancaman senjata api pasukan Belanda.

Karya besar lainnya adalah Tanah Airku yang liriknya bercerita tentang keindahan alam Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Beliau meninggal pada tahun 1993 (usia 85 tahun)

Saya salut dengan beliau. Wanita Indonesia hebat yang patut kita kenang sebagai srikandi musik Indonesia.

(sumber wikipedia)



Friday 12 June 2015

Masih (saja) kau

Hari ke-12.
Tak ada yang berubah.
Masih hujan.
Masih mendung.
Masih gelisah.
Dan masih (saja) kau yang ter-rindukan.

Thursday 11 June 2015

Halo Hujan

Anak-anak selalu lebih ekspresif dalam segala hal.
Hari ini, aku mengajak mereka betekspresi tentang hujan.

Inilah ekspresi mereka ketika aku meminta mereka mengatakan apa saja tentang hujan..

Asik kalau musim hujan. bisa tidor seng tau diri
Ino (7)

Hmmm hujan itu air. yasuda begitu sa
Rani (7)

Mandi ujang. sadap. kalo saki, beso seng pi sekolah
Apo (9)

Air yang turun dari langit karena awan tidak mampu menahan air
Dee (8)

Berkat dari Tuhan Yesus
Ferin (8)

Apa eee, hujan itu kadang enak. kadang seng
Jerry (7)

Beta seng suka hujan,barang beta seng suka pake mantel
Dinda (6)

Kalo lama-lama bisa banjir
Steven (8)

Mandi hujan beta paleng suka
Bintang (7)

Ujang ee, jang talalu basar lai, beta ruma bisa banjir
Rama (7)

Tadi malam ujan basar, beta tidor bakupolo deng papa
Sisca (7)

Pada akhir wawancara, saya meminta mereka semua menyapa hujan. Maka semua berteriak "Halooo Hujaaaaan"


Wednesday 10 June 2015

Tetes hujan (yang) itu.

Hari ke-10 di bulan 6.
Dan langit masih setia mencurahkan hujan ke bumi.
Sedangkan aku masih setia memandangi hujan dari teras rumahku.



Hujan ibarat kehidupan.
Sudah seharusnya disyukuri karena memberi sesuatu yang baik untuk manusia.
Seperti halnya anak-anak kecil ini, hujan memang sepantasnya kita nikmati.

Aku percaya, hujan dicurahkan oleh yang kuasa, bukan tanpa alasan. Begitupun kamu bagi diriku :)
Bukanlah tanpa maksud, DIA menempatkan kamu di tengah jalan hidupku.
Aku mensyukuri hadirmu, seperti aku mensyukuri hujan.
Dan karena itu pula, aku merelakanmu pergi, seperti tetesan hujan yang jatuh ke bumi dan kemudian mencari jalannya sendiri. entah kemana.

Buat kamu -yang entah dimana-, pilihlah satu tetes hujan yang turun, lalu perhatikan baik-baik kemana dia menuju.
Anggap itu aku, agar kamu tau kemana harus mengarah, bila kamu merindukan aku.

Seperti tetes hujan yang ini, yang aku istimewakan dan aku abadikan seperti layaknya aku perlakukan kamu.

Tuesday 9 June 2015

Hujan berkat

Hujan tak jua lelah.
Dibasahinya bumi ini semakin deras saja.
Tapi saya bersyukur dan tak mau mengeluhkannya.
Saya harap engkau pun begitu.

Karena begini kawan, ada dikatakan dalam Alkitab "Jika kamu dengan sungguh-sungguh mendengarkan perintah yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, sehingga kamu mengasihi TUHAN, Allahmu, dan beribadah kepada-Nya dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, maka Ia akan memberikan hujan untuk tanahmu pada masanya, hujan awal dan hujan akhir, sehingga engkau dapat mengumpulkan gandummu, anggurmu dan minyakmu, dan Dia akan memberi rumput di padangmu untuk hewanmu, sehingga engkau dapat makan dan menjadi kenyang." (Ulangan 11:13-14)

'Hujan berkat' yang akan memampukan kita menghasilkan buah dengan berkelimpahan merupakan janji Tuhan kepada mereka yang bersungguh-sungguh taat, Bukan karena kebiasaan, bukan karena rutinitas, bukan simbolis apalagi hanya agar terlihat baik di mata orang.


Karena itulah saya mensyukuri hujan.
Semakin deras, semakin patut untuk disyukuri, karena bagaikan hujan yang tak terhitung tetesannya ke bumi, demikian pula saya berharap berkat yang Tuhan curahkan bagi saya.

Monday 8 June 2015

Tentang cemburu

Tentang cemburu, bukan lagi ketika kudengar kau menyebut namanya.
Tetapi lebih dari itu.

Tentang cemburu, bukan saja ketika kumelihat kau sepayung dengannya di bawah rintik hujan.
Tetapi lebih dari itu.

Tentang cemburu, bukan hanya ketika kau bercerita tentang dirinya dengan mata penuh bintang.
Tetapi lebih dari itu.

Tentang cemburu, bukan semata tusukan yang menghujam jantungku setiap kulihat namanya di postinganmu.
Tetapi lebih dari itu.

Tentang cemburu, rasanya aku ingin hujan ini semakin deras membasahi bumi, agar membawa pergi luka di hati.

Tentang cemburu, kuberharap aku bisa berhenti mencintaimu, agar berhenti pula rasa cemburu ini.

Tentang cemburu, aku imani adalah cara mencintai paling jujur.

Tentang cemburu, aku akui aku cemburu.

Sunday 7 June 2015

Hujan itu sexy

Jadi begini ceritanya..
Malam ini aku memilih duduk di teras berkawan secangkir teh dan... hujan!

Mungkin karena suaranya, aromanya, suasana yang tercipta olehnya, aku selalu merasa hujan itu sexy.

Hujan itu bagaikan bercinta.
Mulai gerimis yang pelan dan mengundang
(kau dan aku mulai menyatu dalam pelukan),

kemudian mulai menderas
(kita saling mendekap dan bercumbu),
semakin menderas
(saling melepas sehelai demi sehelai kain di tubuh),
semakin menderas
(ketika kulit dan kulit bersentuhan tanpa jarak),
semakin membasah
(ketika yang ada di depan mata adalah satu-satunya yang ingin kita lihat saat itu),
semakin tak beraturan suaranya
(aku mendesah membuat kau semakin bergairah),
kian ribut saja
(aku semakin mendesah, dan kau semakin membabibuta),
menderas dan membasah
(kita semakin menggila),
Hingga akhirnya mencapai klimaks
ketika terdengar suara gemuruh,
sambil sesekali disertai petir
(semakin menggilaaa, hingga..aaaah.. seketika suasana hening. kau terlentang di sebelahku sambil tersenyum puas dan mencium keningku)
Pfiuuuh..
Seperti itu kira-kira.

Setelah itu, hujan menjadi biasa saja,
bahkan kita berharap hujan segera mereda.

Ahhh, tapi malam ini aku masih ingin menikmati hujan, karena aku merindukan hujan.
Merindukan hujan yang sexy..



Saturday 6 June 2015

Hujan pun tak mampu.

Jalan itu basah, menghitam oleh hujan.

Namun aku, muram, Kering oleh kerinduan.
Di luar jendela, mulai turun gerimis.
Gerimis mampu menghapus jejak apapun.
Namun tak mampu menghapus jejakmu di hatiku.

Cintamu tak hilang dalam hitungan tahun.
Tidak oleh hujan sekalipun.

Friday 5 June 2015

Berkawan dengan alam. seharusnya demikian.

Jangan tertawa,
Jangan bermandikan harta,
Jangan berkawan pesta pora,

Bila kau mendapatkan semuanya dari
pohon yang kau tebang,
dari hewan yang kau bunuh,
dari tanah yang kian gersang,
dari ikan di laut yang kau tangkap dengan pukat,
dari hutan yang kau bakar.

Dan kelak,
jika turun hujan,
hujanlah yang kau kambing hitamkan.
hujanlah yang kau jadikan alasan penderitaanmu.
hujanlah yang kau jadikan momok untuk disiagakan.

Maka berdosalah engkau, wahai manusia!
Jagalah alam seperti engkau menjaga rumahmu sendiri.
Jagalah alam untuk anak cucumu.
Karena alammu adalah alam anak cucumu.

Thursday 4 June 2015

Hujan ←→Hidup

Sedang jauh dari Ambon.
Sedang jauh dari hujan.
Dapat kabar dari Ambon, katanya Ambon hari ini diguyur hujan.

Hujan itu air.
Maka dari itu, jangan keluhkan hujan.
Bersyukur atas hujan.
Karena hujan itu air,
Air itu hidup.

Bersyukur atas hujan,
Bersyukur atas hidup!


Wednesday 3 June 2015

hu jan ke tig a di bul an Ju ni

Jika dilahirkan kembali, aku ingin menjadi tetes hujan.
agar selalu diingat dan ditulis selama bulan juni ini oleh kalian yang dikejar2 deadline jam 9 malam.

maka mari bergegas karena hampir deadline.

#maafsayabuntuhariini #karenaefeksedangliburan #takapalahyangpentingtidakbolong #hehehe

Tuesday 2 June 2015

Mem ili h

Pagi dan bahagia.
Memilih kadang lebih sulit dari mengeluh. Memilih kadang tak semudah menggerutu. Karena Memilih selalu butuh pertimbangan.

Seperti pagi ini. Pagi yang kadang cerah, kadang mendung.
Saya terbangun karena hujan.
Sempat terpikir untuk menggerutu atau mengeluh.
But hey....complain will take me nowhere.

Angka di screen hp menunjukan 08.30.
Senyum.
Membayangkan hal-hal menggembirakan yang harus dilakukan hari ini mengubah mendung menjadi cerah.

Masih tersenyum. 7 menit menuju deadline.

Bintang tak nampak di langit. sepertinya mau hujan. saya memilih bergegas.

Monday 1 June 2015

BA HAG IA

Akhir-akhir ini saya belajar bahwa benar adanya; BAHAGIA adalah pilihan. Dalam keadaan apapun, bahkan dalam keadaan sesulit apapun, BAHAGIA adalah pilihan. Se-la-lu.
Saya meyakini itu. dan bahwa BAHAGIA yang dirasakan dalam keadaan sulit adalah BAHAGIA yang benar-benar BAHAGIA. Karena dalam keadaan yang demikian, BAHAGIA dianggap sesuatu yang mustahil.
Saya tidak setuju!

Malam ini saya tidak ingin banyak menulis. saya hanya ingin meyakinkan kalian, bahwa BAHAGIA -dalam keadaan apapun itu- selalu lahir dari dalam. bahkan dalam keadaan paling sulit sekalipun, temukan BAHAGIA daari dalam dirimu. Karena dari situ BAHAGIA datang. Bahwa BAHAGIA tak selamanya berarti tertawa dan menangis tak selamanya berarti menderita.

Seperti ungkapan "Jika kalian mengira keBAHAGIAan adalah matahari, maka saya pastikan kalian belum pernah merasakan gembiranya menari di bawah rintik hujan"

Serlamat malam. Selamat beristirahat. Selamat berbahagia!

Friday 29 May 2015

Adalah Divya Manjusha

Sementara Dee, *mata saya semakin berbinar* bagi saya adalah IDOLA.
Iya, saya mengidolakan gadis kecil ini.
Saya membanggakannya. mengaguminya. Sungguh sangat!



Baru-baru ini ada yang meminta saya menceritakan tentang Elle dan Dee.
Saya mendapati diri saya tersenyum seketika, dan kemudian dengan mata berseri-seri mulai menuturkan tentang Elle dan Dee. Elle bagi saya adalah kebahagiaan, ‘a living proof’ bahwa cinta itu ada. Elle adalah cinta pertama saya. Segalagalanya saya.

Sementara Dee, *mata saya semakin berbinar* bagi saya adalah IDOLA. Iya, saya mengidolakan gadis kecil ini. Saya membanggakannya. mengaguminya. Sungguh sangat!

Adalah Divya Manjusha, nama yang papanya dan saya sepakati untuk buah hati ketiga kami ini. Berasal dari bahasa India, Divya berarti cemerlang atau brilliant dan Manjusha berarti sebuah kotak penuh perhiasan atau a box full of jewels. Kemudian kami sepakat memanggilnya DEE.

Saya percaya nama seseorang adalah representasi dirinya. Dee tumbuh cemerlang dengan kelebihan-kelebihan yang semakin hari semakin membanggakan saya. Maaf kalau saya terkesan terlalu memuji, atau menyanjung gadis pujaan hati saya tersebut, tapi memang begitulah adanya dirinya bagi saya.




8 tahun lalu, 29 Mei 2007, Puji Tuhan, Saya -dengan cepat dan lancar- melahirkan Dee ke dunia ini. Kehadiran Dee saat itu sangat kami syukuri, mengingat Dee hadir setahun setelah kami kehilangan sang kakak, EM*.

Saya merasa baru tahun lalu menyaksikannya mengikuti lomba nyanyi di Taman kanak-kanak, baru kemarin mengantarnya mengikuti tes masuk Sekolah Lentera Harapan. Serasa baru kemarin mengganti popoknya, menggendongnya, menyuapinya, namun hari ini Dee sudah berusia 8 tahun. 

Dee –begitu juga Elle- mengajarkan pada saya bahwa hidup berjalan begitu cepat. Bahwa setiap hari, setiap jam, menit, detik haruslah disyukuri. Karena saya percaya apa yang terjadi dalam kehidupan kita bukanlah kebetulan. Oleh yang Maha Kuasa, tiap-tiap manusia telah disediakan apa yang menurutNYA dibutuhkan oleh manusia. Seperti olehNYA saya diberikan Elle dan Dee, yang bukan hanya berperan sebagai anak bagi saya, tetapi lebih dari itu, mereka adalah ‘guru’ yang tanpa mereka sadari mengajarkan terlalu banyak hal kepada saya. Dan untuk itu saya bersyukur.

Malam ini, memasuki tanggal 29 Mei, saya memilih untuk merayakannya berdua Dee. Bukan selayaknya ‘jam 12 malam’ dengan kue kejutan, namun dengan mengajaknya tidur di kamar saya, dan memandanginya pulas, sambil bersyukur kepada yang Kuasa karena diberikan kesempatan menjadi mama bagi gadis istimewa ini.

Malam ini, lewat tulisan ini, saya ingin Dee tau bahwa Dee berarti banyak dalam hidup saya. Dan bahwa saya selain mencintainya -melebihi apapun di dunia ini-, juga ingin minta maaf karena telah mengecewakannya di usianya yang masih sangat belia. Namun sekali lagi saya percaya, yang Maha Kuasa tau bahwa kami –Dee dan saya- saling membutuhkan, untuk itu kami dipertemukan dalam hubungan ibu-anak, dan saya bersyukur tidak berbatas atas anugerah ini.

Divya Manjusha, Selamat memasuki usia yang baru! Semakin jadi! Tuhan menyertaimu, koncoku!

Backsound: You are the first, the last, my everything - Barry White.
I know, I know there's only one like you.
There's no way they could have made two.


*EM adalah panggilan dari Ezekiel Mischa, Malaikat tampan yang meninggal setahun sebelum Dee lahir.



Thursday 30 April 2015

Testimonial (Sebuah catatan tentang Berlin)

Saya pernah membaca salah satu tulisan Perempuansore pada blognya. Sebuah ungkapan yang terngiang-ngiang; “Ketika ada orang yang ‘pergi’ dari kehidupan kita, baik itu sengaja maupun tidak sengaja, itu karena satu alasan: waktu mereka bersama kita telah selesai”.

Tulisan ini saya gubah dari tulisan lama saya di blog terdahulu* tentang seseorang yang telah ‘pergi’ dari kehidupan saya. Hmm.. atau mungkin sebaliknya saya-lah yang telah ‘pergi’ dari kehidupannya. Atau lebih tepatnya kami saling meninggalkan.

Namanya Berlin. Saya mengenalnya sekitar 15 tahun lalu. Dan menghabiskan sekitar 14 tahun bersamanya. Berbagi kasih sayang, berbagi buah hati, dan dengan tidak main-main berbagi hal yang paling pribadi; HIDUP.

Setelah 14 tahun menjadi teman hidup, kami saling meninggalkan begitu saja. Menyesal? Tidak!


Seperti halnya semua makhluk ciptaanNya, Tuhan menciptakan Berlin dengan keunikannya. Satu hal yang tidak pernah bisa kami kesampingkan selama menjadi teman hidup adalah; ego. Ego menguasai kami hingga kami membangun dunia kami masing-masing. Kami semakin saling menjauh dan tenggelam dalam dunia masing-masing. Sambil sesekali masih saling menyapa, namun semakin menjauh. menjauh. menjauh. Sampai kemudian tidak lagi saling menyapa. Tidak lagi saling peduli.

Suatu saat dia bertanya “Benarkah ‘kita berdua’ pernah ada?” Saya terdiam. Berlin tak pernah bertanya. Dia lebih sering memiliki jawaban atas segala pertanyaan saya. Pertanda apakah ini? Saya menatapnya mencari sesuatu di matanya. Sesuatu yang dulu saya temukan di sana. Namun sekarang tidak ada lagi. Lalu saya berkata padanya “Dulu ‘kita berdua’ nyata. Saya merasakannya. Saya yakin kamu juga. Tapi sekarang tidak lagi. Hanya itu. Semudah itu jawabannya” dia mengangguk lalu kemudian kami lebih jauh berjalan ke arah yang berbeda.

Semakin hari semakin jauh. Kemudian hilang. Sejauh mata memandang, saya tidak menemukan sosoknya lagi.
Saya tidak tau di mana dia berada kini. Namun saya tidak peduli. Saya juga tidak membencinya. Tidak pernah.


Karena saya belajar banyak dari Berlin. Tentang bagaimana mencintai dan dicintai. Tentang bagaimana mengalah (untuk menang) dalam perang. Tentang bagaimana menjaga hati. Tentang bagaimana berjuang untuk sesuatu yang menjadi hak kita. Tentang bagaimana tersenyum dalam tangis. Tentang bagaimana merelekan. Tentang bagaimana berhenti membenci orang yang telah menyakiti kita. Tentang bagaimana menjadi wanita kuat. Dan yang terpenting tanpa sadar Berlin mengajarkan saya bahwa BAHAGIA adalah pilihan. Dan bahkan setelah luka mendalam, bahagia tetap ada.

Saya tidak yakin masih bisa menjadi temannya. Saya tidak yakin masih bisa tersenyum untuknya. Saya tidak yakin masih bisa berdiri untuknya. Namun sekali lagi, saya tidak membencinya.



Saya mengenangnya sebagai seorang teman yang mempunyai 5 senyuman; senyum spontan, senyum kalau dipuji, senyum sinis, senyum bila sedang dekat dengan buah hati kami,dan senyum bila sedang menceritakan tentang teman – temannya. :)

Untuk Berlin dimanapun kamu berada. Tuhan menyertaimu.

Back sound: Time of your life - Green day
So take the photographs, and still frames in your mind
Hang it on a shelf in good health and good time
Tattoos and memories and dead skin on trial
For what it's worth it was worth all the while

It's something unpredictable, but in the end is right,
I hope you had the time of your life.


*pembaharuan dari tulisan saya "Testimoni" pada blog terdahulu saya www.trulydb.blogspot.com

Be true. Be you.

“If you want to be trusted, be honest.
If you want to be honest, be true.
If you want to be true, be you” – Anonymous


Benar adanya bahwa pengalaman –entah pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain- adalah guru. Saya selalu menganggap hidup yang dijalani sebagai sekolah, dan orang-orang yang ada di dalamnya sebagai guru. Entah baik atau buruk, tapi semua orang adalah guru yang –pasti- bukan tanpa sengaja ditempatkan Tuhan dalam kehidupan kita. 
Akhir-akhir ini saya banyak belajar dari pengalaman orang-orang sekitar.

Terkadang manusia tidak memerankan dirinya sendiri dalam situasi-situasi tertentu. Demi alasan tertentu, manusia cenderung menipu sekitarnya. Ada yang terang-terangan untuk menarik perhatian, ada yang hanya sekedar supaya dianggap kren, ada yang dengan sengaja tak ingin kehidupan aslinya diketahui, atau ada pula yang sekedar menikmati ‘menjadi’ orang lain. Hal ini marak terjadi, terlebih dalam pergaulan di sosial media, dimana menjadi orang lain sangatlah mudah.

Bertentangan dengan itu, satu hal yang saya simpulkan akhir-akhir ini adalah bahwa ternyata menjadi diri sendiri adalah peran yang sangat ‘gampang’ untuk dimainkan. Bagaimana tidak, oleh yang Maha Kuasa kita telah ditentukan untuk menjadi diri kita masing-masing dengan segala kelebihan dan kekurangan kita. Lalu kenapa harus ‘menjadi orang lain’?

Menjadi diri sendiri adalah hal paling jujur yang mudah namun dipersulit oleh manusia. Dipersulit oleh sifat iri, cemburu, dengkih, dan sejenisnya. Alhasil, manusia sering melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukannya, seperti berbohong atau mencurangi orang lain, yang pada akhirnya berdampak tidak baik untuk dirinya sendiri.


Mulailah dengan bertanya pada diri sendiri “Siapakah saya sebenarnya?” Saya sering berhenti pada titik-titik tertentu, untuk kembali mengingatkan diri dengan pertanyaan ini. Siapakah saya sebenarnya? Jawaban atas pertanyaan tersebut akan membuat kita bersyukur dan enggan menjadi orang lain selain diri sendiri.

Ingatlah bahwa tidak ada orang yang sempurna. Maka percuma bersusah payah menjadi orang lain, karena lebih nyata menjadi diri sendiri.

Be true. Be You. Kita terlahir asli,mengapa harus menjadi palsu?


Back sound: Nobody’s perfect – Miley Cyrus
Nobody’s perfect
I gotta work it
Again and again.
Til I get it right

Friday 17 April 2015

Hesty

Masih dalam suasana bersyukur telah ditambahkan setahun usia dari yang kuasa, hari ini ‘ketuaan’ saya mengingatkan saya pada seseorang yang tidak pernah sadar bahwa dia hebat.
Bertambah usia membuat saya merenung tentang apa saja yang sudah dan belum saya lakukan sejauh ini.

Perenungan ini membawa saya pada seorang wanita bernama Hesty.
Dia adalah seorang tukang cuci keliling di kompleks perumahan kami. Usianya beberapa tahun lebih muda dari saya. Dia tinggal di sebuah -katakanlah- gubuk di belakang kompleks perumahan kami beserta ketiga anaknya, Jerry (9), Benny (8), dan Vecky (2).. Suaminya, *tarik napas* bernama Yani, pria pengangguran, tak bertanggung jawab, yang baru saja memiliki anak bersama seorang wanita PSK*, dan sering masuk keluar bui karena banyak kejahatan. Kejahatan terakhirnya adalah KDRT**, yang menyebabkan Hesty babak belur. Sekitar beberapa minggu lalu, dia baru saja dibebaskan dari tahanan. Namun, bakat menyiksa&memukul seperti sudah mendarah daging.
Dua malam minggu lalu, yang adalah malam paskah, di saat semua warga kompleks sedang sibuk menyambut paskah di kompleks perumahan sebelah, Yani -kembali- menganiaya Hesty. Kali ini lebih sadis&kejam. Entah apa yang mereka ributkan sebelumnya, kabar yang kami dengar, Hesti dilempari tempat sampah besar, ditendang masuk selokan, diinjak-injak seperti becek, dan dipukuli dengan besi. Hasilnya.. Tulang lengan Hesty patah, wajahnya biru dan bengkak, matanya hampir tak bisa dibuka. Dipastikan untuk enam bulan kedepan, Hesty tak bisa bekerja. Anak-anaknya untuk sementara tinggal di rumah tetangga kami, sementara Hesty tinggal di rumah tetangga kami yang lain. Warga tak menginjinkan mereka tinggal di tempat mereka sebelumnya. Takut, kalau-kalau Yani muncul, dan menghabisinya lagi.
Seperti biasa Yani menghilang.

Kisah Hesty membuat saya berpikir panjang tentang arti menjadi seorang mama dan istri. Cintanya pada anak-anaknya terbukti lewat kerja kerasnya yang seperti tak ada habis-habisnya. Jadwal mencucinya sangat padat. Semua itu demi uang sekolah dan uang jajan anak-anaknya. Si bungsu Vecky yg bahkan baru berusia 2 tahun, seperti mengerti apa yang mamanya lakukan. Ia tak pernah rewel, dan mau saja dititipkan sana sini bila mamanya harus bekerja. Kedua kakaknya, bahkan tak jarang terpaksa bolos sekolah karena harus menjaga adik mereka. Beny kadang ikut para tukang mengangkut pasir. Sekedar untuk membawa pulang Rp. 5000 yang diberikannya pada sang mama dengan pesan “ini buat tambah-tambah beli beras”.
Ckckck.. Dari mana mereka belajar semua itu? Dari mama mereka, yang tau betul apa yang harus ia lakukan untuk hidupnya dan anak-anaknya. Sementara sebagai seorang istri, Hesty punya 2 hal.. "Cinta dan maaf". Apakah kita bisa seperti Hesty? Menerima suami kita kembali setelah dianiaya berulang kali? Apakah kita masih mempunyai cinta dan maaf untuk suami yang memiliki anak dari wanita lain? Hesty punya itu.
Dan ibaratnya menghargai orang yang berbeda keyakinan dengan kita, saya pun menghargai keputusan Hesty untuk tetap memaafkan dan mencintai Yani.

Hari ini, saya belajar dari Hesty. Seorang wanita muda yang kuat, yang sama sekali tak merasa dirinya special. Wanita lugu berhati baja.
Saya ingin memiliki hati seperti Hesty.
Semoga kamu cepat pulih, Hesty.
Tuhan menjagamu dan anak-anakmu.


Back sound: Superwoman - Alicia Keys
For all the mothers fighting
For better days to come
And all my women, all my women sitting here trying
To come home before the sun
And all my sisters
Coming together
Say yes I will
Yes I can


*PSK adalah singkatan dari: Pekerja sex komersial
**KDRT adalah singkatan dari: Kekerasan dalam rumah tangga

Wednesday 15 April 2015

Little Elle vs my sin*

Hampir jam 11 malam namaku dipanggil…
Sekilas sang jubah putih menatapku
Oh God, apa sakitku..?

Sang jubah putih kemudian angkat bicara:
”Mmm, sudah jalan 5 bulan ini...”

Ya, Tuhan ampuni dosaku.....
(Surabaya, Klinik Pusura, 3 April 2002)


Aku selalu percaya hidup seseorang bisa berubah dalam sepersekian detik. Aku mengalaminya. Aku mengilhaminya. Hanya dengan kurang lebih 6 kata, seseorang mengubah hidupku. Memvonis aku sebagai pendosa. Walau aku sadar – sesadar sadarnya, bahwa bukan dia yang menyebabkabkan aku seperti itu melainkan aku sendiri yang melakukannya. Dia hanya sebagai penyampai pesan dari yang di atas, menyadarkan aku dari kebodohanku yang paling bodoh (bukan atas dosa yg kulakukan tapi atas kealpaanku karena dosa yg kulakukan).

Ya, aku adalah pendosa! Ibaratnya kejahatan aku adalah tersangka pembunuhan paling sadis yang harus diasingkan dari penghuni sel yang lain.
Dosaku kini berlipat, hukumanku pasti siksaan diatas kursi listrik atau kurungan sel seumur hidup tanpa grasi walaupun aku bersikap baik dalam sel.
Ah, mungkin terdengar berlebihan oleh kalian, tapi sungguh mati, pada saat itu aku merasakanm penyesalan yang tak bisa aku artikan. Serasa malam itu adalah malam terakhir aku. Tak dapat aku bayangkan akan adanya hari esok. Karena aku tak tau bagaimana menghadapi hari esok.

Ditengah – tengah chaos itu, tiba – tiba aku terganggu pada gerakan halus dibalik bajuku. Ada ’sesuatu’ di dalam tubuhku. ’ia’ bergerak dibalik lapisan perutku. Sebuah refleksitas mengantar tanganku pada’nya’, Membuat aku mengelusnya, dan menyanyikan lulaby. Ah, dosa itu. Aku mendapati diriku mengelus dan meninabobokan dosa penghancur hidupku tersebut. Ya, Tuhan satu lagi dosa kulakuakan dengan mengatai’nya’ dosa penghancur hidupku sementara aku sadar – sesadar sadarnyanya bahwa akulah pendosa itu, akulah terosis itu bukan ’dia’.

Pada akhirnya aku capek sendiri menganggap diriku jahat. Karena aku bukan penjahat. Aku mulia di mata Tuhan, sampai – sampai DIA mempercayakan aku membuat dosa itu disaat aku merasa tak sanggup. DIA mempercayakan aku menjadi orang paling bahagia lewat dosa yang pernah aku lakukan. Dosa terindah yang justru mempertemukan aku dengan mahkluk terindah yang pernah DIA ciptakan di muka bumi dan mengijinkan aku menghabiskan hidupku bersamanya.

Mirelle Daphney Pelmelay (Elle)


Sebuah catatan untuk Mirelle Daphney Pelmelay, sahabat kecilku, yang tanpa disadarinya telah membentuk aku menjadi wanita yang kuat.
Danke, kaka Elle. :*

Back sound: Little L - Jamiroquai
Seems like you're stepping on the pieces
of my broken shell
'cause you make me love you, love you
with a little L you know
that's the way you make me love you yeah



*Di-post ulang dari blog saya terdahulu: www.trulydb.blogspot.com

Catatan sore: Dari Kepo sampai ke Ape

(Dipost ulang dari salah satu note saya di Facebook, 2012)

Sore-sore mojok sendirian di salah satu restoran fast food di kota Ambon, KFC.
Banyak sekali pemandangn yang menarik dan menggelitik.

Cerita 1:
Sepasang ABG berseragam almamater saya sedang serius meggenggam blackberry –yang belakangan diketahui sedang bertukar bb-. Sekalikali yang perempuan dengan manja bertanya sambil menunjukan bb yang sedang digenggamnya. Karena meja mereka tepat berada di depan meja saya, maka saya bisa dengan sangat jelas mendengar percakapan mereka.
Perempuan : ini kapan? *wajah manja*
Lakilaki : minggu lalu kappa ee..
Perempuan : Oooo.. yang kamong pi ke Armand rumah tu?
Lakilaki : Iyooo..

Selanjutnya mereka kembali ke kesibukan sebelumnya, memeriksa bb pasangan.
Tak ada komunikasi di antara keduanya, yang tergambar dari wajah si perempuan adalah ‘aku harus membersihkan foto-foto/sms/kontak bbm/chat yang tak seharusnya ada’. Sementara wajah si laki-laki lebih terlihat seperti ‘yatuhan,, apa sms si anu sudah aku hapus tadi?’. Wajahnya tegang dan semakin menegang ketika si perempuan memecah keheningan diantara mereka..
Perempuan : No siapa ini? *straight face*
Lakilaki : Mana? *sok bingung*
Perempuan : ini yang di call log. Tadi malam jam 2.13, telpon 46 menit.
Lakilaki : Itu sapa eee? *gugup*
Perempuan : Hee? baru tadi malam masa se su lupa?? Capat ini sapa?? Beta telpon eee… *ngancam*
Lakilaki : Aooo.. mana beta liaaa.. suda nanti beta yang telpon saja.. *membetulkan kerag kemeja*
Perempuan : Kasi beta bb. *mata berkacakaca*
Lakilaki : *memberikan bb*
Perempuan : *Menekan-nekan sesuatu pada bb miliknya, sambil sesekali melihat bb sang pacar*

Dugaan saya, si perempuan sedang memasukan no hp misterius itu ke bb miliknya.

Kemudian dia mengembalikan bb pacarnya, menuju toilet, kembali, mengambil tas, dan tanpa kata-kata meninggalkan sang pacar yang masih sibuk menggenggam bbnya. Sang pacar kemudian cepat-cepat berdiri dan mengikuti si perempuan.

Moral value:
*Carilah kegiatan yang lebih bermanfaat di saat pacaran.
*Ade-ade, sejak pacaran biasakan gadget harus dilock,dan password-nya jangan dibagi dengan pasangan. LOL

Cerita 2:
Sementara dua sejoli pada cerita 1 sedang duduk di meja depan, masuk beberapa ABG lainnya, yang ternyata mengenal sepasang sejoli tadi. Namun rombongan ini sudah tidak berseragam. Mereka terdiri dari tiga perempuan dan dua laki-laki.

Setelah ber’hai-hai’ria dengan dua sejoli tadi, kelima remaja ini memilih duduk tepat dibelakang meja saya.

Saya mengamini ayat “Dimana dua atau lebih remaja berkumpul, di situ pasti ada pembicaraan mengenai remaja lain”.

Tak lama setelah duduk, salah satu diantara remaja putri itu berbisik kepada teman disampingnya “isaaa, kalo beta suda juaa.. beta seng akan kasi hp par beta pacar. Ada baru pacaran saja mooo”.
"Batul ade nona, kaka sepaham deng ade" dalam hati saya menanggapinya. LOL

Saya tersenyum geli menyaksikan drama di depan dan di belakang saya. Dan ketika sepasang sejoli tadi meninggalkan tempat dengan drama yang pilu, kelima remaja ini kembali ‘mendiskusikannya’. Kali ini suara salah satu lakilaki yang terdengar di balik kuping saya “Baku taru berapa-berapa, beta seratusribu! beta bilang dong 2 putus” yang lainnya berujar “Aoooow, paling jua sabantar su baku bae”. “suda juaaa sapa mo rugi seratus ribu par baku taru bodo-bodo”

Mereka kemudian tertawa bersama dan sepakat pindah ke meja yang tadi ditempati oleh sepasang sejoli itu.

Moral value:
Lebih baik taruhan seratus ribu dan kemudian batal timbang pasang togel. #jayus

Cerita 3:
Untunglah saya 'terselamatkan' dari dunia remaja dan gejolaknya ketika dua teman saya menghampiri dan duduk bersama di semeja dengan saya. Sambil mereka menyantap burger dan French fries, saya menceritakan cerita 1 kepada mereka dan kami tertawa bersama. Karena kebetulan kami lulusan sekolah yang sama dimana pemeran-pemeran pada cerita 1 dan 2 bersekolah, akhirnya cerita kami nyambung tak jauh-jauh dari almamater kami. Pembahasan seputar reuni angkatan saya yang belum lama usai, guru-guru, sampai pengakuan bahwa almamater kami kini memang semakin maju.

Sebelum mereka beranjak pergi, saya sempat berkata “Inilah yang akan terjadi beberapa belas tahun kedepan bila para remaja pada cerita 1 dan 2 bertemu kelak”. ☺

Moral Value:
High School memories are still a way not away.

Cerita 4:
Sesaat setelah itu, saya juga beranjak dan melanjutkan kegiatan saya sore itu dengan bertemu kakak dan sepupu saya di cafe lain, Maples. Saya menggunakan becak sore itu. Naik becak sore-sore sambil menikmati hiruk pikuk jalanan Ambon sangatlah menarik.

Hanya butuh waktu tak sampai 10 menit, saya pun tiba di Maples. Saya membayar sepuluhribu dan kemudian turun dari alat transportasi paling nyaman di kota Ambon itu.

Setelah menghabiskan waktu sekitar dua jam disitu, ketika akan meninggalkan Maples, saya tiba-tiba tersadar bahwa dompet saya hilang. Saya ingat betul terakhir menggenggam dompet ketika membayar si abang becak.

Akhirnya bersama kedua kakak saya, kami memutuskan kembali ke KFC. Setiba disana, saya menghampiri kerumunan tukang becak yang mangkal di situ. Aneh memang, ketika melihat saya, mereka langsung menyebut nama Ape. Padahal saya sama sekali belum meyampaikan maksud saya, sepertinya mereka tau sesuatu.
Menurut mereka, rekan mereka yang bernama Ape-lah yang tadi mengantar saya. Namun saat kami tiba, Ape sedang mengantar penumpang.

Kami menunggu sekitar 30 menit hingga akhirnya Ape datang. Namun saya bernasib sial. Dengan gugup dan acting paspasan, Ape berhasil berkelit dan mengelak bahwa bukan dia yang mengantar saya tadi. Dan saya pun tak punya bukti kuat.

Malam itu dompet beserta isinya harus saya relakan.

Moral value:
(untuk cerita 4, saya yakin masing-masing orang pasti punya moral value nya sendiri :) )

Tuesday 14 April 2015

Karena sesungguhnya merasa nyaman itu (tidak) nyaman

Akhir-akhir ini saya sering dicurhati tentang masalah-masalah percintaan yang tak jauh-jauh dari bahagianya jatuh cinta, jatuh cinta pada orang yang salah, CLBK*, diduakan, sampai cerita perselingkuhan. Dari semua cerita yang saya dengar dan simak, semua cerita punya satu kesamaan; para pelaku mengaku merasa nyaman.

Nyaman karena merasa dicintai. nyaman karena bisa berbagi cerita. nyaman karena menemukan suasana baru. Nyaman karena merasa bisa diterima. Intinya kenyamanan membuat mereka bahagia. Masing-masing mengutarakan kisahnya dengan bahagia. Saya menyimak cerita mereka dengan serius.
Cerita mereka rata-rata berakhir dengan kegalauan. dengan keraguan. dengan pertanyaan-pertanyaan yang menurut saya jauh dari kesan nyaman.

Sebenarnya saya tidak merasa cukup credible untuk mnjawab atau membantu mencari jalan keluar, maka kepada beberapa dari mereka saya memberi perumpamaan sperti begini; Rasa nyaman adalah ketika kita duduk atau rebahan santai seharian depan TV, menikmati film serie favorit, atau main play station, atau melakukan hal menarik lainnya yang mebuat kita nyaman tanpa memperdulikan waktu, orang-orang sekitar, dan kegiatan lain yang seharusnya kita lakukan. Bukankah itu suatu kenyamanan yang sulit untuk kita tolak? Kenyamanan yang ingin kita nikmati selamanya. Yang rasa-rasanya tak mau kita sudahi. Namun kita tidak mungkin selamanya duduk depan TV bukan? Kita tidak mungkin selamanya bermalas-malasan menikmati kenyamanan itu. Ada saatnya –mau tidak mau- kita harus beranjak untuk melakukan hal-hal lain. Di saat itu kenyamanan berakhir, hidup berlanjut. Memang kita akan kembali duduk disitu, tapi apakah kita akan merasakan kenyamanan yang sama? Apakah kursi itu masih kosong seperti sebelumnya? Ini adalah ketidakpastian.

Banyak dari kita terkadang enggan mengalami perubahan. Kita lebih memilih tinggal daripada beranjak. Lebih memilih menderita daripada malu. Memilih nyaman daripada sakit hati. Memilih melanjutkan daripada menghentikan. Sebagai pembenaran, kita sering berujar “Saya juga tidak tau kenapa bisa jadi begini” atau “Saya bingung harus bagaimana” atau “Semuanya mengalir alami”.

Ujaran-ujaran tersebut sama sekali tidak mendasar. Bagaimana mungkin kita tidak tau apa yang kita lakukan atau mengapa kita bisa sampai melakukan sesuatu? Bukankah itu konyol? Itu kelemahan. Memang kelemahan bukan aib. Tapi kelemahan yang kita lakukan dengan sadar –namun berdalih tidak sadar- adalah kelemahan yang seharusnya tidak ada. Kitalah yang harus menguasai diri atas semua yang kita lakukan. Seperti kata Miley Cyrus; We run things, things don’t run we**.

Sekali lagi saya katakan, saya tidak merasa cukup credible untuk memberi saran, namun tips yang saya ‘jagokan’ dan selalu saya berikan adalah “ Nikmati apa yang bisa dinikmati selama bisa, namun tetap membumi. Tetap berpijak di tanah. Jangan melayang barang sedikitpun dari bumi tempatmu berpijak”

Quote of the day:
Follow your heart but take your brain with you – Anonymous       

*CLBK adalah singkatan yang seringdipakai untuk Cinta Lama Bersemi Kembali
**Sepenggal lirik pada lagu Miley Cyrus yang berjudul We can’t stop

              

Monday 6 April 2015

Transformasi

5 April 2015, Saya bertambah usia menjadi 37. Tua? Tidak! Saya tidak pernah merasa tua. :)

Usia 37 menjadi special buat saya ketika banyak hal luar biasa muncul di angka itu. Satu hal yang selalu saya sukai dari diri saya adalah bahwa saya tak pernah merasa tua :)

Saya senang melakukan hal-hal yang –mungkin- bagi orang-orang seusia saya dianggap kekanank-kanakan. Tapi saya tidak peduli. Selama apa yang saya lakukan tidak merugikan orang lain.

Pantang bagi saya merasa diri sebagai emak2, walaupun saya memang emak beranak 3.
Namun memberlakukan sistem "persahabatan" di antara anak-anak dan saya rupanya berhasil mengaburkan aura emak2 dalam diri saya tanpa menghilangkan jiwa keibuan saya di hati mereka.

Sahabat-sahabat kecil saya

Membiasakan Elle dan Dee* memanggil saya "deb" bukanlah suatu usaha untuk tak mau menjadi ibu mereka, justru sebaliknya hubungan kami menjadi lebih erat.


    
                                                   

Di usia 37, ada sekitar 150 anak sekolah yang memanggil saya “ma'am, miss, atau md”. Dan saya bangga. bangga karena saya bukan guru di sekolah formal, tapi bisa menjadi guru sekaligus sahabat bagi mereka.

Di usia 37, saya –masih senang- bergaul dengan mereka yang jauh lebih muda dari saya.
Kami sering nongkrong bersama, berpose depan kamera, tertawa lepas,dan mereka kerap mempercayakan curahan hati kepada saya.

Saya senang berada diantara mereka yang mungkin bagi sebagian orang yang berumuran seperti saya dianggap ‘kurang kerjaan'.
Tapi sekali lagi, saya senang! dan saya tidak merasa merugikan dan mencampuri kepentingan orang lain.

Di usia 37 saya semakin sadar bahwa berdamai dengan diri sendiri adalah kunci untuk bangkit dari kejatuhan. saya semakin mencintai diri saya, yang bukan berarti egois tetapi justru membuat saya semakin mencintai sesama seperti saya mencintai diri saya. Saya semakin terbiasa menerima kenyataan-kenyataan yang tadinya susah dicerna oleh pikiran. Saya juga semakin memahami bahwa memaafkan dan mengampuni orang yang telah menyakiti kita tidaklah segampang mengembalikan telapak tangan, tetapi juga tidak sesulit menyebrangi laut lepas.

Di usia 37, saya belajar untuk ikhlas seikhlas-ikhlasnya untuk melepaskan dan bersyukur sedalam-dalamnya atas berkat yang diberikan untuk saya.

Di usia 37, saya benar-benar meyakini bahwa Tuhan telah mengatur segala sesuatu indah pada waktunya. Dan bahwa Tuhan hanya sejauh doa.

Di usia 37, saya memutuskan untuk bertransformasi ke tahapan hidup yang –mungkin akan- lebih sulit dari sebelumnya. Ke tahapan hidup, dimana tanggung jawab saya terhadap Elle dan Dee harus lebih saya utamakan diatas kepentingan siapapun atau apapun di dunia ini. Tahapan dimana saya percaya bahwa ‘sendiri’ bukan berarti runtuh dan ‘bersatu’ tidak selamanya berarti teguh.

Transformasi berarti siap dibentuk lebih sempurna.
Transformasi berarti menjadi lebih matang dari sebelumnya.
Transformasi berarti meninggalkan yang lama dan menjadi lebih baik.
Transformasi berarti belajar dari kesalahan-kesalahan terdahulu.
Transformasi berarti siap ‘terbang’ lebih tinggi dan jauh.
Transformasi berarti menjadi lebih baik.


Sebagai transformasi, di usia 37 -dengan ikhlas dan bersyukur, lewat tulisan pertama di blog saya ini- untuk pertama kalinya di depan publik, saya mengaku sebagai single parent. Walau saya sadar bahwa keputusan yang saya ambil tidaklah mudah, dan bahwa –mungkin- nasib saya tidaklah seberuntung kalian yang sedang membaca tulisan ini, Tapi saya memutuskan untuk BAHAGIA.



Quote of the day:
If someone becomes their own bestfriends, their lives will be easier – Anonymous



* Elle dan Dee adalah putri-putri saya, Mirelle Daphney dan Divya Manjusha Pelmelay. di antara mereka, ada seorang malaikat tampan bernama Ezekiel Mischa Pelmelay yang kini berada tenang di pangkuan Bapa di Sorga.